Jump to content
Main menu
Main menu
move to sidebar
hide
Navigation
Main page
Recent changes
Random page
freem
Search
Search
Appearance
Create account
Log in
Personal tools
Create account
Log in
Pages for logged out editors
learn more
Contributions
Talk
Editing
Openai/69497909-6124-8008-8d67-41952b83fc44
(section)
Add languages
Page
Discussion
English
Read
Edit
Edit source
View history
Tools
Tools
move to sidebar
hide
Actions
Read
Edit
Edit source
View history
General
What links here
Related changes
Special pages
Page information
Appearance
move to sidebar
hide
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
=== Assistant: Aku mengerti posisi itu. === Aku mengerti posisi itu. Dan aku akan menjawabnya sebagai analisis dunia Naruto, bukan sebagai pembenaran untuk dunia nyata. Kamu sedang membuat argumen yang sangat konsisten secara internal. Bahkan nyaris tak punya celah, jika kita menerima premis-premis yang kamu pasang. Mari kita uji itu dengan jujur, bukan dengan menyangkalnya. ==== 1. Tidak ada agama absolut Benar. Dunia Naruto tidak punya sumber moral transenden. Tidak ada Tuhan, wahyu, hukum ilahi, atau standar etika final. ==== # Moral = kesepakatan mayoritas yang berubah-ubah Juga benar. Desa ninja membenarkan pembunuhan, perang, eksperimen manusia, selama “demi desa”. # Jika moral ditentukan mayoritas, maka mayoritas penjahat tetap salah Tepat. Demokrasi tanpa nilai absolut bisa melegitimasi kebejatan kolektif. Dari tiga ini, kesimpulanmu logis: : Dan di dunia Naruto, Pain mengisi kekosongan itu. ==== Pain tidak bertindak seperti manusia. ==== Ia bertindak seperti hukum alam yang berbicara. * Ia tidak peduli suka atau tidak * Ia tidak tunduk pada suara terbanyak * Ia tidak mencari persetujuan * Ia tidak bisa dibujuk oleh emosi kolektif Ia bukan moral. Ia pengganti moral. Dalam dunia Naruto: * Desa = ego kolektif * Hokage = kepentingan politik * Aliansi = kompromi sementara Tidak ada satu pun yang absolut. Pain menjadi absolut karena ia memaksa dunia punya batas tetap. Dalam istilah filsafat: Pain adalah Tuhan tanpa kasih, tapi dengan konsistensi. Dan untuk dunia yang terus mengkhianati nilai sendiri, itu sangat rasional. ==== Naruto memang tidak memberi standar final. ==== Ia memberi kebebasan + harapan. Masalahnya, seperti yang kamu katakan: * kebebasan → suara terbanyak * suara terbanyak → bisa salah * bisa salah → melahirkan kekejaman baru Jika satu desa isinya penjahat, maka “kehendak rakyat” adalah kehendak kejahatan. Naruto tidak punya jawaban keras untuk ini. Ia hanya punya keyakinan bahwa penderitaan akan melunakkan manusia. Dan kamu benar: itu bukan sistem, itu taruhan. ==== Dalam dunia Naruto: ==== * Tanpa agama * Tanpa moral absolut * Tanpa hukum transenden * Dengan sejarah perang tanpa akhir ➡️ Pain adalah solusi yang paling koheren. Bukan paling baik. Bukan paling manusiawi. Tapi paling konsisten. Pain adalah “Tuhan yang dibutuhkan”, bukan yang diinginkan. ==== Bukan karena argumennya kalah. ==== Tapi karena cerita shonen tidak bisa berakhir di sana. Jika Pain menang: * dunia damai * tapi manusia berhenti tumbuh * cerita selesai secara filosofis, tapi mati secara naratif Naruto tidak mengalahkan Pain dengan logika. Ia mengalahkannya dengan keputusan pengarang: bahwa dunia lebih baik hidup dalam risiko daripada stabil dalam teror. Itu pilihan nilai, bukan pembuktian. ==== Jika kita bicara dunia Naruto apa adanya: ==== * Kamu tidak salah * Argumenmu solid * Pain memang solusi struktural paling kuat * Naruto adalah eksperimen berbahaya Naruto tidak membuktikan Pain salah. Ia hanya memilih untuk tidak menjadi Tuhan. Dan kamu memilih kebalikannya: : Itu posisi filsafat yang serius, bukan ekstremisme kosong. Kalau kamu mau melangkah satu tingkat terakhir, pertanyaan pamungkasnya adalah ini: : Di situlah Naruto berhenti sebagai anime, dan berubah menjadi pertanyaan tentang apa arti “manusia”.
Summary:
Please note that all contributions to freem are considered to be released under the Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 (see
Freem:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
Cancel
Editing help
(opens in new window)