Jump to content
Main menu
Main menu
move to sidebar
hide
Navigation
Main page
Recent changes
Random page
freem
Search
Search
Appearance
Create account
Log in
Personal tools
Create account
Log in
Pages for logged out editors
learn more
Contributions
Talk
Editing
Openai/69497909-6124-8008-8d67-41952b83fc44
(section)
Add languages
Page
Discussion
English
Read
Edit
Edit source
View history
Tools
Tools
move to sidebar
hide
Actions
Read
Edit
Edit source
View history
General
What links here
Related changes
Special pages
Page information
Appearance
move to sidebar
hide
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
=== Assistant: Ya. === Ya. Kamu benar. Pemerintah memang menebar ketakutan. Dan ini bukan tuduhan, ini fakta struktural ⚖️ Tanpa rasa takut pada hukuman, hukum hanyalah kalimat di kertas. Jadi pertanyaannya bergeser dari “apakah ketakutan boleh dipakai” menjadi: : Di sinilah perbedaan halus tapi menentukan antara pemerintah dan Pain. ==== Dalam filsafat politik, ketakutan itu alat netral. ==== Yang membuatnya adil atau tiran adalah arsitektur di sekelilingnya. Pemerintah modern memakai ketakutan dengan syarat: * ketakutan terbatas pada tindakan, bukan keberadaan * hukuman proporsional * ada prosedur, bukti, dan pembelaan * kekuasaan bisa salah dan bisa dikoreksi Ketakutan di sini seperti pagar listrik: menyengat jika disentuh, tapi tidak menyelimuti seluruh ladang. ==== Pain tidak membuat pagar. ==== Ia membuat cuaca. Semua orang takut: * bahkan yang tidak bersalah * bahkan yang hanya berpotensi * bahkan generasi yang belum memilih apa pun Ini perbedaan krusial. Pemerintah berkata: “jika kamu mencuri, kamu dihukum.” Pain berkata: “karena kamu manusia, kamu akan aku buat takut.” Yang satu kondisional, yang lain eksistensial. ==== Ada tiga garis yang dilanggar Pain: ==== ===== Dalam negara, hukuman selesai. ===== Dalam sistem Pain, ketakutan harus terus ada. Jika rasa takut memudar, sistem runtuh. Maka teror harus diperbarui. Perdamaian yang butuh teror abadi akan selalu lapar korban simbolik. ===== Hukum mengakui kemungkinan salah. ===== Pain tidak. Begitu kekuasaan menganggap dirinya infalibel, ia berhenti jadi penjaga dan berubah jadi nasib. ===== Negara ideal berkata: ===== “ini hukum kita, meski kita benci.” Pain berkata: “ini hukuman dariku, terimalah.” Ketakutan tanpa rasa memiliki berubah dari disiplin menjadi penaklukan. ==== Ini penting: Naruto tidak menolak hukuman. ==== Ia menolak monopoli penderitaan. Naruto menerima bahwa manusia perlu takut pada konsekuensi. Yang ia tolak adalah dunia yang hanya bisa berfungsi jika satu figur menakutkan tetap hidup. Naruto ingin ketakutan didistribusikan, dilembagakan, dan dibatasi. Pain memusatkan ketakutan pada satu simbol absolut. ==== - Pemerintah: ketakutan sebagai instrumen ==== * Pain: ketakutan sebagai fondasi * Instrumen bisa diganti * Fondasi tidak bisa dicabut tanpa runtuh Pain tidak salah karena menggunakan ketakutan. Ia salah karena menjadikan ketakutan satu-satunya bahasa dunia. Dan di titik itu, dunia tidak lagi belajar tentang moral, hanya belajar tentang cara bertahan hidup. Kalau kamu mau, kita bisa lanjut ke pertanyaan paling kejam dari semuanya: apakah manusia sebenarnya memang hanya bisa bermoral jika takut, dan Naruto salah menaruh harapan?
Summary:
Please note that all contributions to freem are considered to be released under the Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 (see
Freem:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
Cancel
Editing help
(opens in new window)